Nalar Ketauhidan Abdul Muthalib





“Abdul Muthalib itu memiliki nalar katauhidan yang amat kuat,”

Ketika Raja Abrahah hendak merobohkan Kakbah. Saat itu terjadi dialog antara Abrahah dan Abdul Muthalib, keduanya dihadapan masing-masing pengikutnya. Sebagaimana diketahui bahwa Abdul Muthalib adalah pembesar kaum Quraisy yang sangat berwibawa, maka Raja Abrahah pun menaruh segan kepadanya.

 Abrahah berkata “Saya datang ke sini (Kakbah-red) ingin merobohkan tempatmu, karena saya punya tempat ibadah kok kalian kencingi, kalian beraki,”

Sebelum itu, baik pasukan maupun harta kaum Quraisy telah ditawan oleh Raja Abrahah. Dan ketika itu Abdul Muthalib menjawab dengan pernyataan yang membuat Abrahah kaget. 

Kakek Rasulullah itu tidak berusaha melawan Abrahah namun hanya meminta supaya hewan ternak dan apapun ditawan oleh Abrahah itu dikembalikan kepadanya.

 “Baik,  kata Abdul Muthalib, saya tidak melarang kamu untuk merobohkan Kakbah, yang penting itu 100 (seratus) onta milik saya kembalikan dulu,” 

Maka , Abrahah pun mempertanyaan kewibawaan Abdul Muthalib yang terkenal sebagai pemimpin Quraisy. 
“Lo, kamu ini pemimpin bagaimana, ini Kakbah kan agamamu, mau dirobohkan kok tidak marah, malah meminta onta,” kata Abrahah".

 
“Saya jelas tahu kalau Kakbah ini ada yang punya (yaitu Allah-red), ya biar diurus sama yang punya. 
Kalau onta itu milik saya, ya harus jadi urusan saya, maka kembalikan ke saya,” 
jawab Abdul Muthalib.

Akhirnya, keduanya pun setuju., Abrahah memenuhi permintaan Abdul Muthalib dan mendapatkan keinginannya untuk bisa merobohkan Kakbah. 
Pada saat itu lah, Abdul Muthalib bergumam tentang apa yang akan terjadi jika Baitullah itu akan dirobohkan.

 “Abdul Muthalib waktu itu hanya bilang, “Saya ingin lihat apa yang akan Engkau (Tuhan) lakukan jika Kakbah Mu dirobohkan” lalu Abdul Muthalib mengajak para pengikutnya untuk naik ke gunung untuk menyaksikan balasan Tuhan kepada Abrahah,”

Setelah semuanya sepakat maka terjadilah peristiwa yang disebutkan dalam  Surat Al-Fiil ayat 1 – 5 tersebut.  Supaya jamaah yang hadir itu tidak usah sok-sokan memikirkan atau membela agama, sebab Islam sudah dijaga dengan sendirinya oleh Allah SWT.“Kalau niatnya khidmah boleh, tapi jangan sampai sok memikirkan sendiri agama ini. Kelompok yang merasa sedang membela Islam kemudian bersikap ekstrim. Hal itu tidak tepat karena secara tidak langsung berarti tidak yakin dengan ketetapan Allah. Begitu pula dengan urusan hidayah, pahala dan dosa itu sudah merupakan hak prerogratif Allah SWT untuk menentukan. karena memang itu sudah wilayah Allah SWT. Apakah orang akan diampuni ataukah dilaknat, dan kita tidak bisa ikut campur. Makanya ini perlu diperhatikan banwa tidak usah sok memikirkan agama, apalagi sok membela yang penting perilakumu baik dan mengikuti akhlak Rasul saja itu sudah cukup,”

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nalar Ketauhidan Abdul Muthalib"

Posting Komentar