Pengaruh Puasa Dalam Kehidupan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 الحمد لله الذى لم يخلق الانس والجن الا لعبادته, ولم يخلق مافى الأرض جميعا الا لأدم وذريته,احمده على الائه وافضاله, واشكره على انعامه واحسانه,  واصلى واسلم على محمد افضل خلقه وخاتم انبيائه ورسله, وعلى اله الطاهرين وصحابته, اشهد ان لااله الاالله واشهد ان محمدا عبده ورسوله, اما بعد :  ايها المسلمون ,اوصيكم واياي بتقو الله وطاعته لعلكم تفلحون, اتقوا الله حق تقاته , واسعوا فى مرضاته , واعلموا ان الله تبارك وتعالى فرض علينا الصيام كما فرضه على من قبلنا.

 Segala puji bagi Alah SWT Tuhan yang Maha Agung dan pemurah yang telah mempertemukan kita kembali dengan suatu bulan yang penuh rahmat, maghfirah dan keutamaan yaitu  bulan Ramadhan 1430 H. Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al-Baqarah 183)

Dari ayat diatas, ada satu hal penting yang patut menjadi bahan renungan kita, la'allakum tattaqun (supaya kamu –dengan ibadah puasa itu menjadi orang yang bertaqwa).

            Taqwa merupakan suatu hirarki atau tingkat tertinggi yang menentukan seseorang itu lebih mulia dan lebih tinggi derajat atau kedudukannya disisi Allah SWT. Hal ini senada dengan pesan surat al-Hujurat ayat 13):

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

 Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Kalau demikian hendaknya, taqwa mempunyai kemampuan membedakan (mendiferensiasi) tinggi rendahnya derajat antara seorang hamba dengan hamba yang lainnya. Seyogianya  Ramadhan yang tiap tahun datang itu – kalau kita kaitkan dengan logika akhir surat al-Baqarah ayat 183 di atas –telah berhasil melahirkan hamba-hamba Allah yang  bertaqwa. Dimana tidak ditemukan lagi praktek-praktek kemaksiatan, korupsi disegala bidang dan penyimpangan-penyimpangan dalam bentuk lainnya.

Indonesia merupakan suatu Negara yang umat Islamnya terbesar (tebanyak) di dunia. Kalau demikian halnya, muncul lagi pertanyaan "kenapa toh lagi Indonesia tergolong Negara yang korupsi mempati posisi yang tinggi? Lantas kita sendiri pun bertanya-tanya dimanakah relevansi antara ibadah puasa sebagai salah satu aspek kesalehan teologis dengan amal kebaikan, dalam hal ini tidak melakukan tindak korupsi, pungli dsb?. Kalau pertanyaan ini kita coba letakkan pada kondisi kekinian di Indonesia dimana korupsi dsb, sudah menjadi selera umum, maka jawaban yang paling benar adalah bahwa tidak ada implikasi atau efek maupun hubungan positif antara puasa dan korupsi. Maka timbul pertanyaan baru " Apakah ayat Allah yang keliru atau kekeliruan itu terletak pada orang yang berpuasa itu?

 

Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Sebagai seorang mukmin yang baik, tidak ada yang berani mempersalahkan kebenaran Al-Qur'an karena ia adalah firman Allah yang mempunyai kebenaran absolute. Jadi yang tidak nyambung disini adalah antara ruh atau pesan beyond ibadah puasa itu dengan orang yang berpuasa. Puasa yang salah satu fungsinya adalah sebagai media edukasi (pendidikan) spiritual pribadi muslim-seyogiyanya akan melahirkan pribadi-pribadi muslim yang teguh giat dan sabar serta tahan uji dsb.

Namun sangat disayangkan bahwa kebanyakan kita memandang ramadan hanya sebatas bulan seremonial saja dimana seseorang menahan diri untuk tidak makan dan minum serta menahan nafsu di siang hari, lalu berbuka dengan makanan dan minuman yang berlebihan diwaktu berbuka. kalau fenomena ini yang terjadi, maka sungguh perlu disesalkan dan ini mungkin yang pernah dirisaukan oleh baginda Rasul dalam sebuah haditsnya dalam musnad Ahmad juz 19 hal 351 :

حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ أُسَامَةَ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ

 Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Merupakan suatu keberuntungan yang tiada taranya bagi seseorang yang yang bisa memanfaatkan ramadhan serta mengisinya dengan ibadah dengan sebaik-baiknya karena rahmat Allah bertebaran dimana-mana, mari kita rebut selagi masa promosi.

Begitu melimpahnya jalan rahmat dan maghfirah yang diberikan Allah kepada kita dalam bulan ini sampai tidur orang yang berpuasa itupun dipandang sebagai ibadah, diterangkan dalam kitab Syu'abul Iman lil Baihaqy ; jilid 8 hal 462-464

 عن عبد الله بن أبي أوفى ، عن النبي صلى الله عليه وسلم ، قال : « نوم الصائم عبادة ، وسكوته تسبيح ، ودعاؤه مستجاب ، وعمله متقبل » . لفظ حديث ابن عبدان ، وقال : « وعمله مضاعف ، ودعاؤه مستجاب حتى يمسي أو حتى يصبح »  

Hadirin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah

Sebagaimana suatu kisah : al-Hajjaj bin Yusuf (661-714 M) salah seorang pemimpin perang dinasti umayyah yang melempar ka'bah dengan Manjaniq (meriam–meriam batu) pada suatu hari yang terik meminta kepada pengawalnya agar mengajak seorang tamu bersantap siang dengannya. Seorang penggembala yang tinggal dipegunungan menjadi tamunya dan terjadilah dilog berikut:

"Mari kita makan bersama,- ajak al-Hajjaj.

"Aku telah diundang oleh yang lebih mulia dari pada tuan dan telah ku penuhi undangan itu, kata si penggembala.

"Siapakah gerangan yang mengundang mu?

"Tuhan seru sekalian alam, hari ini aku berpuasa"

"Apakah anda berpuasa pada hari yang terik menyengat ini?

"Ya, aku bahka berpuasa pada hari-hari yang lebih terik "

"Ayolah kita makan bersama dan besuk anda dapat berpuasa"

"Apabila aku berbuka hari ini  apakah tuan dapat menjamin usiaku berlanjut hingga esuk, sehingga aku dapat berpuasa?, katanya seraya menyunggingkan senyum.

"Tentu saja tidak"

"Kalau demikian, mengapa tuan meminta sesuatu pada hari ini dan menjanjikan untuk memberikan pada hari esok, sedangkan hari esok bukan berada ditangan Tuan?"

"setelah berfikir sejenak, al-Hajjaj, mengajak lagi, "ayolah kawan, makanlah bersamaku, makanan yang dihidangkan sungguh lezat."

"sambil berdiri meninggalkan al-Hajjaj, si penggembala menolak lagi, Demi Tuhan yang melezatkannya bukan juru masak tuan, bukan pula jenis makanannya, yang melezatkan adalah afiat (kesehatan jasmani dan ruhani).

Kisah dialog tersebut menggambarkan sebagian dari hasil yang diperoleh seseorang yang berpuasa yaitu berupa kemampuan pengendalian diri menahan rayuan, serta kesadaran akan kehadiran Allah pada setiap saat.

Apapun motivasi serta bentuk dari puasa, ia tidak bisa dipisahkan dari usaha pengendalian diri. Pengendalian akan mengantarkan manusia pada kebebasan dari belenggu"kebiasaan" yang mungkin akan menghambat kemajuannya.

Pengendalian serta pengarahan sangat dibutuhkan oleh manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Karena secara umum jiwa manusia berpotensi untuk sangat cepat terpengaruh, khususnya bila ia tidak memiliki kesadaran pengendaliannya serta tekat yang kuat untuk menghadapi bisikan-bisikan negatif. Kelompok masyarakatpun membutuhkan hal-hal itu untuk mengatasi problema-problema dan meraih kejayaan.

 Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, bila akan membahayakan hidupnya. Bahkan ditulis sebagian pakar : " Singa rela mati dari pada memakan bangkai, demi kehormatan dirinya" maka wajarlah bila A-Qur'an mngecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat (QS. Al-Furqan : 44) ;

 Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain,                       hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

 Setiap muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu. Tapi harus disadari bahwa perang ini, tidak menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya. Tujuannya sekedar mengendalikannya karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada segi-segi positif yang dapat dimanfaatkannya.

بارك الله لى ولكم فى القران الكريم ونفعني واياكم بمافيه ....

 و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengaruh Puasa Dalam Kehidupan"

Posting Komentar