Kita Akan Bersama Idola Piliahan
KITA AKAN BERSAMA IDOLA PILIHAN
Khutbah Masjid Raya Baitul Izzah Bengkulu
Bengkulu, 29 Desember 2023
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ، وَفَضَّلَنَا بِهِ عَلَى سَائِرِ
الأَنَامِ، جَعَلَ يَوْمَ الجُمْعَةِ سَيِّدَ الأَيَّامِ، عِيْدًا أُسْبُوْعِيًا
لِأَهْلِ الإِسْلَامِ، وَاخْتَصَّ بِهِ هَذِهِ الأُمَّةَ مِنْ بَيْنِ الأَنَامِ،
نَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى نِعَمِهِ العِظَامِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا
أَوَّلَانَا بِهِ مِنَ الجُوْدِ وَالإِكْرَامِ، وَنَشْهَدُ أَنَّهُ اللهُ الَّذِيْ
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، المُقَدَّمُ عَلَى الأَنْبِيَاءِ وَخَاتَمِ الرُسُلِ
الكِرَامِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَا تَعَاقَبَتِ اللَيَالِي
وَتَوَالَتِ الْأَيَّامِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ: فَيَا
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ
تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma'ashirol Muslimin Rahimakumullah,
Marilah kita bersama-sama bersyukur kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah Nya kepada kita semua, dan
mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan
melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya sampai akhir
hayat kita nanti.
Shalawat salam semoga tercurahkan kepada
nabi kita yang mulia Muhammad SAW, dengan meneladani sunnah-sunnah yang
Beliau ajarkan, maupun yang Beliau praktekkan dalam keseharian atau yang Beliau
contohkan, sebagai bukti kepatuhan dan kecintaan kita kepadanya. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat
31:
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: Katakanlah, “Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Cinta itu bukan sekadar ucapan. Cinta itu bukan
sekadar pengakuan. Bukti cinta kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah SAW
yang dipraktekkan oleh para sahabat, dilanjukan oleh para tabiin dan para ulama
sampai sekarang. Keagungan kedudukan dan nilai kecintaan kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya, disebutkan dalam hadits yang shahih:
ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ
إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ
يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Artinya: Ada tiga hal, barang siapa ada pada dirinya
tiga hal ini, maka dia akan merasakan manisnya iman (yaitu, yang pertama):
Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya lebih dia cintai dibandingkan yang lainnya,
(kedua) dia mencintai seseorang, dia tidak mencintai kecuali karena Allah dan
(ketiga) dia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci dicampakkan
kedalam api neraka.
Sidang Jamaah Jum'ah
yang dimulyakan Allah SWT
Sesungguhnya cinta
kepada Allah itu bukan hanya pengakuan lisan dan bukan pula khayalan dalam
angan-angan. Namun, ia harus disertai sikap mengikuti Rasulullah SAW,
melaksanakan petunjuknya, dan mengikuti manhajnya dalam kehidupan,” kata Sayyid
Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.
Barangsiapa yang mencintai Allah dengan
sebenar-benarnya cinta, maka hendaklah ia dengan hatinya mencintai apa yang
Allah cintai dan rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh Allah dan
rasul-Nya. Maka kalau kita kembangkan bahwa kita dalam menentukan pilihan kepada seorang
calon pemimpin adalah harus atas dasar seberapa kuatnya kecintaan dia kepada
Allah dan Rasul Nya, sehingga pemimpin itu nanti akan mengarahkan rakyatnya
kepada sesuatu yang Allah dan Rasul tuntunkan.
Sidang Jamaah Jum'ah yang mulia
Dalam sebuah
hadits tentang jati diri lelaki dalam riwayat ad-Daru Quthni. Ibnu
Hajar rahimahullah menyebutkan
dalam kitab al-Fath bahwa lelaki tersebut adalah Dzul Khuwaishirah,
orang dari Yaman yang begitu bahagia setelah mendengar jawaban Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengabarkan
bagaimana keadaan manusia dikumpulkan di akhirat kelak :
عَنْ
عَبْدِ اللهِ وَهُوَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ قَالَ : جَاءَ أَعْرَابِيُّ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْخٌ كَبِيرٌ فَقَالَ: يَا
مُحَمَّدُ مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: مَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ فَقَالَ: لَا،
وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَبِيرِ صَلَاةٍ وَلَا
صِيَامٍ إِلَّا إِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، قَالَ: فَأَنْتَ مَعَ مَنْ
أَحْبَبْتَ، قَالَ: فَذَهَبَ الشَّيْخُ فَأَخَذَ يبُولُ فِي الْمَسْجِدِ،
Artinya: Dari
Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu , beliau radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, “Ada orang tua yang berasal dari pedalaman mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam . Orang itu bertanya, “Wahai Muhammad ! Kapankah
hari kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, “Apa yang telah
engkau persiapkan untuk menyambut hari kiamat?” Orang itu menjawab, “Tidak ada.
Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar sebagai Nabi! Saya tidak
mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja saya mencintai Allah
Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” Lalu orang tua
itu pergi lalu kencing di masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah SAW
dalam merespon orang yang bertanya menempuh metode orang bijak, yaitu merespon
penanya bukan dengan sesuatu yang dia inginkan tapi dengan sesuatu yang penting
atau bahkan lebih penting. Sabda Rasulullah SAW bersabda:
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Artinya: Engkau
bersama dengan orang yang engkau cintai.
Mari kita simak sejenak keteguhan
cinta Abu Bakar kepada
Rasulullah SAW.
Dalam perjalanan Hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah SAW dan Sayyidina Abu
Bakar Siddiq ra memutuskan untuk berteduh di sebuah gua bernama Gua Tsur. Di sini mereka bersembunyi selama tiga
hari.
Sayyidina Abu Bakar RA bersabda,
sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidina Umar ibn Khattab RA, “Aku bersumpah
demi Allah bahwa kamu (Nabi) tidak akan memasuki gua sebelum aku melakukannya,
karena jika ada sesuatu di dalamnya, aku akan diserang oleh itu, dan bukan
kamu. "
Kemudian dia memasuki gua dan menyapu
dan menemukan beberapa lubang di sisinya. Dia merobek sepotong pakaiannya dan
menutup lubang dengan itu. Karena masih ada dua lubang yang tersisa, dia
memasukkan kakinya ke dalamnya dan menyuruh Rasulullah untuk masuk ke dalam
gua. Setelah dia melakukannya Rasulullah SAW meletakkan kepalanya di pangkuan
Sayyidina Abu Bakar dan tertidur.
Salah satu kaki Sayyidina Abu Bakar
disengat ular di dalam lubangnya. Namun ia tidak bergerak karena takut
mengganggu Rasulullah SAW dan membangunkannya dari tidurnya. Dia memasukkan
jari kakinya ke dalam lubang ular dan ular menghisap efek gigitan beracun
dengan mulutnya. Semua itu dia lakukan karena cinta di dalam hati Abu Bakar
kepada Rasullah Muhammad SAW. Ibaratnya, bagi dirinya baginda
nabi adalah segalanya. Ibarat seorang kekasih, semua yang dilakukannya adalah
untuk kekasihnya itu.
Akibat, efek racun ular yang menggigitnya,
sempat membuat air mata Sayyidina Abu Bakar Siddique bercucuran karena
sakitnya. Dan Nabi Suci SAW bertanya kepadanya tentang apa yang
mengganggunya. Dia berkata, " Ya rasul! Seekor ular terus menerus
memasukkan taring beracunnya ke jari kakiku di lubang ini," jawab Abu
Bakar ra.
Mendengar itu, Nabi Muhammad SAW
memintanya untuk segera melepaskan jari kakinya dari lubang. Namun lagi-lagi
Abu Bakar menjawab, "Ya Rasulullah! Jika saya melakukannya, itu akan
mengganggu Anda. Lalu Nabi Muhammad SAW menjawab sembari terseyum,"Jangan
khawatir, ular itu mencintaiku, ia hanya ingin melihatku."
Kemudian, Sayyidina Abu Bakar Siddiq melepaskan
kakinya dan Nabi Muhammad SAW mengoleskan air liurnya yang diberkati pada
gigitan ular itu. Hal ini segera membuat Sayyidina Abu Bakar Siddique ra merasa
lega. Bahaya berlalu dan efek beracun itu dihilangkan atas perintah Allah SWT.
Ular itu keluar dari lubang dan memenuhi keinginannya untuk melihat Nabi Muhammad
SAW.
Sidang Jamaah Jum'ah yang dimuliakan Allah SWT
Dari kisah tersebut, bahwa Abu Bakar melakukan itu semua
karena keyakinan dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW yang tidak ada
keragu-raguan dan pasti benarnya dan akan membawa kebahagian di akhirat nanti,
karena akan dikumpulkan bersama orang yang dia dicintai itu, sedangkan
Rasulullah SAW pasti ditempatkan di surga Nya.
Tidakkah kita renungkan pula bahwa
seseorang akan dikumpulkan dengan orang yang ia cintai dan yang dijadikan
idola. Dalam hadits riwayat Ath Thobroni, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يُحِبّ أَحَد قَوْمًا إِلَّا حُشِرَ
مَعَهُمْ يَوْم الْقِيَامَة
Artinya: “Tidaklah seseorang mencintai suatu
kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat nanti.
Untuk itu jangan sampai
kita salah memilih idola atau panutan dalam kehidupan ini sehingga akan
berakibat fatal dan sengsara diakhirat nanti. Namun kalau kita benar dalam
memilih idola sebagai panutan walaupun ibadah kita masih pas-pasan tidak
seperti orang yang kita idolakan dalam ibadah tapi kita nanti akan dikumpulkan
bersamanya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW :
أرْجُو
أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ
أَعْمَالِهِمْ
Artinya : Aku berharap bisa bersama mereka dengan sebab kecintaanku kepada
nereka meskipun aku tidak mampu melakukan amalan mereka.
Amalan ibadah wajib yang bisa kita lakukan
secara istiqamah dan bertahan untuk menghindari dan meninggalkan dosa-dosa
besar yang dilarang Allah SWT, maka insya Allah dosa-dosa kecil akan Allah
ampuni. Sebagaimana dalam firman Nya:
اِنْ
تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ
سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا
Artinya: Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang
dilarang (mengerjakan)-nya, niscaya Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu dan
Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga).(QS.An Nisa, ayat 31)
أَقُوْلُ مَا
سَمِعْتُمْ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُم
0 Response to "Kita Akan Bersama Idola Piliahan"
Posting Komentar